Sabtu, 01 September 2012

Pengetahuan-Sesat-dan-Masih-Diterapkan (Bagian 1)



Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis yang semacam tulisan ini. Karena bagaimanapun juga, penulis di blog ini adalah mahasiswa kedokteran, bukan mahasiswa Fisipol atau mahasiswa sastra. Minat saya memang terlalu random. Hihi…

Sudah lama saya ingin menulis tentang penyakit, fisiologi tubuh manusia dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kesehatan, bukan cuma soal kebijakan pembangunan kesehatan (saya paling banyak menulis soal ini). Tapi saya tidak ingin tulisan yang hanya memindahkan isi text book kedokteran, yang hanya bisa dimengerti orang-orang yang berkecimpung di dunia kesehatan. Saya ingin tulisan yang siapapun dapat memahaminya. Kurang lebih seperti tulisan-tulisan dokter Oz, dokter yang kerap tampil di acara Oprah Winfrey Show.

Tapi masalah utamanya adalah waktu. Kesibukan sebagai “dek koas” di rumah sakit sering tidak berpihak pada aktivitas menulis.

Oke, tadi hanya intermezzo tidak penting. Tulisan ini semacam fenomena pengetahuan-sesat-dan-masih-diterapkan. Cukup banyak saya menemui hal-hal semacam ini. Dan saya akan mencoba sedikit meluruskan yang melenceng . tulisan ini merupakan bagian pertama. Harapannya, kelak saya tetap bisa konsisten menulis tentang hal lain.

  1. Menghentikan Perdarahan dengan Cara yang Benar
Ini berawal dari ketika saya jaga IGD pada hari Minggu yang tidak libur. Ada pasien datang, laki-laki, umur sekitar 20an, ia datang dengan keluhan luka sayat (Vulnus Scissum/VS) di jari-jari kaki. VS itu disebabkan oleh cutter yang ia pakai ketika bekerja. Panjang VSnya sekitar 3-5cm, dalam sekitar 0.3cm. VS tersebut perlu dijahit supaya penyembuhannya lebih cepat dan lebih baik.

Saya terkejut ketika pasien tersebut bercerita dia menyiramkan tiner untuk mengehentikan perdarahan yang keluar dari VS. Apa yang dilakukan benar-benar tidak tepat. Justru tiner itu bisa menyebabkan lukanya terkontaminasi oleh zat-zat kimia yang terkandung dalam tiner. Dan saya yakin pasti perih sekali ketika luka itu terkena tiner. Inilah hal pertama yang akan saya bahas dalam fenomena pengetahuan-sesat-dan-masih-diterapkan , tentang pertolongan pertama pada luka, sebelum di bawa ke rumah sakit.

Jika bicara tentang luka, hal pertama yang penting untuk diperhatikan adalah menilai luka tersebut. Umumnya luka dinilai dari dua hal ; dimensi (panjang, lebar dan kedalamannya) dan apakah termasuk luka bersih atau kotor.

Kita bicarakan cara pertolongan pertama menghentikan perdarahan yang tidak menggunakan obat-obatan. Caranya sederhana saja. Tekan daerah yang luka dengan kassa (jangan gunakan kapas atau tissue karena keduanya mudah menempel di luka dan sulit dibersihkan). Jika lukanya lebar, tekan daerah yang luka dengan kain bersih.

Tekanan tersebut akan membuat pembuluh darah ikut tertekan. Bayangkan saja pembuluh darah di tubuh manusia itu serupa selang air. Ketika selang itu ditekan, air tidak akan bisa mengalir keluar lewat selang, bukan? Tekanan pada pembuluh darah itu juga mengaktivasi agen-agen pembekuan darah untuk menyumpal lokasi yang berdarah.

Pada luka yang berdimensi kecil, cara tersebut bisa cepat menghentikan darah yang keluar. Tapi cara ini memang tidak langsung membuat perdarahan berhenti pada luka yang dimensinya lebih besar. Luka berdimensi besar perlu mendapat pertolongan lebih lanjut di puskesmas atau rumah sakit. Tapi setidaknya, dengan cara  tadi darah yang hilang bisa diminimalisir. Tentunya diminimalisir dengan cara yang tidak mengkontaminasi luka.

  1. Teh Pahit dan Diare
Hal kedua dari fenomena pengetahuan-sesat-dan-masih-diterapkan adalah teh pahit dan diare. Sepertinya sudah bukan hal yang asing ketika Anda diare dan ada orang yang menyarankan untuk minum teh pahit. Teh pahit dianggap bisa menghentikan diare.

Sebenarnya soal teh pahit itu tidak seratus persen salah, hanya kurang tepat. Teh pahit tidak menghentikan diare.

Diare adalah buang air besar dengan tinja cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare bisa menimbulkan kegawatan ketika terjadi kekurangan cairan (dehidrasi) dan ketidakseimbangan elektrolit. Cairan dan elektrolit ikut terbuang bersama tinja cair tersebut. 

Apa sih elektrolit itu? Elektrolit adalah ion positif dan negatif dalam cairan tubuh. Keseimbangan elektrolit perlu dijaga supaya sel-sel dan organ-organ tubuh dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Penggantian cairan (rehidrasi) dan penggantian elektrolit amat penting dalam penanganan diare.  Jika penderita diare masih bisa minum (tidak muntah ketika minum), maka ia harus minum sampai kehilangan cairannya teratasi. Karena elektrolit juga hilang akibat diare, minuman yang diminum juga harus yang mengandung elektrolit.

Teh pahit sudah tentu tidak mengandung elektrolit, karena pada dasarnya kandungan teh pahit tidak jauh berbeda dengan air putih biasa. Jadi ia hanya merehidrasi tapi tidak menggantikan elektrolit yang hilang. Lebih baik minum minuman yang mengandung elektrolit seperti teh manis, oralit dan sebagainya.

Teh manis merupakan minuman yang dapat merehidrasi sekaligus mengganti kehilangan elektrolit. Gula yang larut dalam teh membuat teh tersebut jadi mempunyai kandungan elektrolit, karena gula pasir yang larut dalam teh mengandung elektrolit.

Oralit juga minuman yang dapat merehidrasi sekaligus mengganti kehilangan elektrolit. Oralit dapat dibuat sendiri di rumah. Pembuatannya pun cukup sederhana. Campurkan satu sendok teh garam dan delapan sendok teh gula dalam satu liter air. Satu liter air kurang lebih setara dengan lima gelas ukuran biasa.

Sekian. Semoga bisa dipahami dan semoga bermanfaat :)